KETEKUNAN dan keuletan memang menjadi salah satu prinsip yang dipegang teguh Albert selama bergelut dengan pelestarian satwa langka tersebut. Ketua Forum Orang Utan Indonesia (Forina) Kalimantan Barat ini sering kali harus bermalam di tengah hutan. Tidak hanya itu, Albert juga pernah mengumpulkan satu per satu rambut orang utan untuk dijadikan sampel penelitian genetika.
Helaian rambut itu diambil dari setiap sarang orang utan yang berada di pohon dengan ketinggian hingga 30 meter. Ia bersama relawan bergantian memanjat pohon untuk mencapai sarang orang utan tersebut. (BACA: Dedikasi untuk Pelestarian si Pongo)
Kendati menikmati profesinya sebagai peneliti konservasi, bukan berarti Albert tidak pernah berpikir untuk hengkang dari bidang tersebut. Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura ini pernah mencoba menggeluti bidang lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan dunia konservasi.
Peristiwa itu terjadi pada 2000, saat WWF di Kalimantan Barat mengalami kevakuman akibat tidak ada program yang dikerjakan sehingga seluruh staf mereka mengganggur tanpa digaji.
Dalam menghadapi kondisi itu, Albert kemudian memutuskan menekuni bisnis penjualan berjaringan atau multilevel marketing (MLM). Bisnis itu ditekuninya sambil menunggu berakhirnya masa kevakuman WWF Kalimantan Barat.
Prestasi Albert di dunia yang baru digelutinya itu ternyata cukup berkilau. Ia mempunyai downline hingga 200 orang dan sekitar 20% di antara mereka aktif bertransaksi. “Bonus bulanan saya waktu itu bisa mencapai Rp1 juta lebih,” ungkap suami Supiani ini.
Albert larut dalam profesi barunya sehingga ia berniat untuk terus menggeluti pekerjaan tersebut dan berhenti dari WWF. Dukungan dan masukan dari orang tua membuat Albert akhirnya membatalkan niat itu.
“Ibu yang dahulu keberatan kalau saya bekerja di WWF justru menyuruh saya bertahan di WWF. Beliau bilang, sayang karena saya sudah lama menekuni bidang tersebut,” jelasnya.
Perubahan sikap ibunya tersebut semakin menambah semangat Albert untuk mendalami konservasi orang utan. Apalagi ia semakin khawatir hewan khas Kalimantan itu terus terancam. (Aries Munandar)
COMMENTS