Sembari membuat adonan, kaki kanannya sesekali berayun untuk menggerakkan meja putar yang berada di sampingnya.
Meja putar berfungsi sebagai pembentuk adonan menjadi aneka jenis tembikar.
Ayunan kaki itu semakin lama semakin cepat, dan baru berhenti setelah 7 hingga 10 putaran. Gerakan tersebut diulang kembali saat putaran meja mulai melambat.
“Capek juga. Kaki saya biasa sampai pegal, apalagi pada waktu awal bekerja dahulu, kata Ana, 30, pertengahan Maret lalu.
Warga asal Kelurahan Nyarumkop itu ialah perempuan pekerja satu-satunya di Pabrik Keramik Borneo Lentera Prima, Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Ia bertugas membuat adonan keramik. (BACA: Jelaga Tersisa di Tungku Naga)
Selain membutuhkan tenaga ekstra, pekerjaan tersebut menuntut kecepatan pengolahan. Sebab, gumpalan tanah lempung itu mudah kering dan mengeras, yang berakibat sulit diadon.
Suami Ana, Afat, 40, juga bertugas membentuk pot bunga di meja putar.
“Kalau pemutarnya digerakkan dengan dinamo, keramik sulit dibentuk karena kecepatannya tidak bisa diubah-ubah,” jelas Afat.
Pasangan suami istri itu sudah enam tahun bekerja di Borneo Lentera Prima. Sebelumnya mereka bekerja di bagian serupa di Pabrik Keramik Sinar Terang, Singkawang.
Afat dan Ana digaji dengan sistem borongan, yakni berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan. Untuk satu pot bunga, misalnya, mereka masing-masing mendapat Rp1.000. Dalam sehari, kedua perajin itu rata-rata menyelesaikan 100 produk tembikar.
“Kalau tempayan siam (guci kecil), upahnya Rp4.000 per buah,” ujar Afat.
Naga sembilan
Kecepatan dan kehati-hatian menjadi faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan tembikar. Tidak terkecuali dalam pembuatan motif atau ornamen.
Ornamen, menurutnya, menjadi sulit dilekatkan ketika permukaan keramik mulai mengering. “Perbedaan kadar air bisa membuat ornamen sulit ditempelkan,” kata Radiman, 44, perajin tembikar.
Bapak beranak dua itu telah 20 tahun menekuni profesi sebagai pembuat motif keramik. Pembuatan motif dilakukan dengan menempelkan satu per satu bagian tanah liat yang telah dibentuk untuk dilekatkan ke permukaan keramik sehingga menjadi hiasan timbul atau relief.
Motif keramik yang dibuat Radiman antara lain relief bunga, bangau, perisai, dan mandau serta naga sembilan. (BACA: Siap Beradu dengan Produk Impor)
Tembikar dengan motif naga sembilan, yang terdiri dari relief sembilan naga, paling diminati pembeli. Namun, memang pengerjaannya tersulit jika dibandingkan dengan motif lain.
“Banyak pernak-perniknya. Jika motif lain bisa lima keramik sehari, motif naga sembilan paling banyak dua keramik sehari,” jelasnya.
Keahlian membuat motif keramik diperoleh Radiman secara autodidak. Ia baru sekali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pemerintah setempat. Itu pun sudah sangat lama, yakni pada 1980-an.
Radiman, seperti perajin keramik lainnya di Borneo Lentera Prima, juga digaji dengan sistem borongan. Ia dibayar berdasarkan jumlah dan kuran keramik, serta jenis motif yang dihasilkan.
“Paling rendah dihargai Rp10 ribu per buah dan paling tinggi Rp60 ribu per buah. Tapi, yang Rp60 ribu itu jarang sekali,” ungkapnya. (Aries Munandar) lihat juga di sini
COMMENTS