“Posisinya bergeser sekitar 20 meter dari lokasi pertama kali ditemukan,” kata Heriyadi, pegiat konservasi dari Alliance for Kalimantan Rescue (Akar), dua pekan lalu.
Bangkai itu ialah badan pesut atau Orcaella brevirostris, yang ditemukan mati di perairan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Tidak ada tanda kekerasan fisik atau luka pada mamalia tersebut saat pertama kali ditemukan. Kecuali, sekujur tubuhnya yang mulai mengelupas dan mengeluarkan gas.
Kematian pesut tersebut diduga terjadi sekitar tiga hari sebelumnya. Itu dilihat dari perubahan fisiknya yang membengkak dan mulai membusuk. (BACA: Ancaman Eksploitasi di Hutan Payau)
“Saat pertama kali ditemukan, kondisinya relatif mulus. Belum ada isi bagian dalam tubuh yang keluar,” ungkap Ian Hilman, staf GlobalForest and Trade Network (GFTN) Indonesia.
Tim GFTN dan Akar mengiris secuil daging bangkai pesut untuk penelitian genetika. Berdasarkan informasi yang mereka peroleh, pesut di perairan Kubu dan wilayah di sekitarnya berbeda dengan pesut di daerah lain.
“Pesut yang kami temukan itu belum berusia dewasa, sekalipun panjangnya mencapai 1,5 meter,” ujar Ian.
Indikator pencemaran
Lokasi penemuan bangkai pesut berada di kawasan konsesi PT Kandelia Alam,perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH) mangrove. Dugaan sementara, kematian pesut disebabkan sakit akibat serangan parasit. (BACA: Mengantungkan Harapan di Sertifikasi)
“Serangan ini berkaitan erat dengan keseimbangan ekosistem dan tingkat pencemaran air,” jelas Tim Survei Pesut dari WWF-Indonesia Dwi Suprapti.
Keberadaan pesut di Kubu Raya dipublikasikan pertama kali di media massa pada April tahun lalu. Tim survei mangrove dari WWF-Indonesia Kalimantan Barat mendapati empat pesut bermain dan bermanuver di sekitar bagan di perairan Selat Sech, Kecamatan Batuampar.
Kehadiran pesut sebetulnya telah lama diketahui warga setempat. Satwa langka dan dilindungi itu bahkan sering menghampiri angkutan sungai yang melintasi perairan tersebut. (BACA: Penetral Racun Penambat Karbon)
“Mereka biasa berenang mendekati speed boat,” ujar Saut Silitonga, warga.
Pesut di Kubu Raya merupakan jenis yang hidup di air payau. Tubuh spesies itu lebih gelap daripada pesut air tawar. Namun, tim survei pesut WWF pernah menjumpai beberapa koloni yang mirip dengan pesut air tawar.
“Kami menjumpai empat pesut yang morfologinya mirip pesut di Mahakam, Kalimantan Timur, yang hidup di air tawar,” ujar Dwi.
Pesut sangat sensitif dan rentan terhadap perubahan ekosistem dan polusi, termasuk tingkat kebisingan. Oleh karena itu, keberadaan spesies itu menjadi salah satu indikator kualitas lingkungan. (Aries Munandar)
COMMENTS