KONSEP sekolah alam di SD Negeri 14 Singkawang Utara merupakan pengembangan dari metode sekolah harmoni hijau. Metode itu mengintegrasikan model pendidikan karakter dan kontekstual. (baca: belajar-berteman-mural)
Sekolah harmoni hijau menanamkan karakter positif kepada siswa dengan mengacu kepada nilai-nilai harmoni kehidupan. Nilai keharmonisan itu ialah harmoni diri, harmoni sesama, dan harmoni alam. Model pendidikan itu dikembangkan Wahana Visi Indonesia (WVI) di beberapa sekolah di Indonesia.
Ciri sekolah harmoni hijau secara kasatmata dapat dilihat dari penataan lingkungan dan desain ruang belajar. Lingkungan sekolah tampak apik, asri, dan menghijau. Begitu pula ruang kelas, didesain semenarik mungkin sehingga jauh dari kesan formal. Dinding kelas berkelir cerah dipenuhi lukisan dan hiasan kreasi siswa, yang terbuat dari bahan daur ulang.
Bangku dan meja belajar disusun dengan formasi tertentu untuk memudahkan interaksi sesama siswa dan dengan pengajar. Di sudut kelas biasa terdapat perpustakaan mini berupa meja dengan setumpuk buku pelajaran dan pengetahuan umum. Di ruang belajar tersebut biasanya juga terdapat sebuah taman bikinan para siswa.
Berbagai kreativitas itu sering kali diilhami dari pengamatan dan pengalaman mereka saat berinteraksi dengan alam. Siswa di sekolah harmoni hijau terbiasa belajar di alam terbuka untuk bereksperimen dan mendalami materi pelajaran.
Program sekolah harmoni hijau pertama kali diterapkan di Singkawang pada 2010. Saat itu ada dua sekolah yang menjadi percontohan, yakni SD Negeri 2 Singkawang Timur dan SD Negeri 4 Singkawang Utara. Setelah berjalan hampir empat tahun, program ini berkembang hingga diterapkan di delapan sekolah dasar di Singkawang.
Satu di antara peserta program yang dinilai berhasil ialah SD Negeri 6 Singkawang Selatan. Kondisi sekolah itu mengalami perubahan cukup berarti sejak menerapkan metode sekolah harmoni hijau. Suasana lingkungan sekolah terlihat asri dan nyaman. Sekolah itu juga kreatif dalam mendaur ulang sampah plastik menjadi aneka kerajinan dan hiasan.
Mereka antara lain mengkreasikan bekas tutup botol minuman kemasan menjadi hiasan dinding berbentuk moda transportasi dan tanaman bunga. Kerajinan dari bahan daur ulang ini menghiasi salah satu dinding luar kelas.
Penerapan sekolah harmoni hijau di Singkawang berangkat dari sejumlah fakta tentang kondisi pendidikan setempat. Data Pemerintah Kota Singkawang menyebut tingkat kelulusan sekolah dasar di daerah tersebut pada 2003 hanya 55,14%. Penyebab utama rendahnya tingkat kelulusan tersebut berkaitan dengan kondisi dan suasana belajar di sekolah.
Siswa kurang antusias belajar karena bosan dengan pelajaran dan cara penyampaiannya. Di samping itu, lingkungan sekolah yang kotor juga berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kelulusan. Banyak siswa bahkan memilih berhenti bersekolah karena kedua faktor tersebut, selain jarak sekolah yang jauh dari rumah.
Sejak program sekolah harmoni hijau bergulir, tingkat kelulusan siswa perlahan mulai terkatrol. Pada 2012, misalnya, tingkat kelulusan sekolah dasar di Singkawang naik menjadi 75,07%. Siswa di sekolah peserta program pun jarang membolos. Mereka juga aktif melaksanakan kewajiban di sekolah dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
“Di Singkawang, dukungan dan respons pemerintah setempat sangat kuat dan cepat. Ini yang membedakan mereka dengan daerah lain di Kalimantan Barat,” ungkap Manajer Operasional WVI Kalimantan Barat Irene Marbun di Singkawang, Rabu (23/4). (Aries Munandar)
COMMENTS