THE Miang termasuk seniman multitalenta. Selain mahir memainkan hampir semua jenis alat musik Tiongkok, pensiunan pegawai swasta ini juga piawai melukis. Lukisannya pun bukan sembarangan karena berkarakter khas bahkan langka. (BACA: Berkompromi demi Merawat Tradisi)
Miang mengembangkan lukisan tradisional Tiongkok, atau yang dikenal dengan sebutan Chinnese painting. Model lukisan beraliran impresionis itu mengekspresikan keindahan alam khas Tiongkok. Beberapa di antaranya berupa bebungaan meihwa, burung, dan rumpun bambu.
Pembuatan lukisan bergaya klasik itu menggunakan teknik akuarel dengan cat air. Objeknya kebanyakan dilukis secara vertikal di atas kertas khusus, yang disebut xuan che. Adapun unsur pewarnaan didominasi perpaduan merah dan hitam, dengan dasar lukisan putih.
Miang menekuni seni lukis ini sebagai hobi untuk mengisi waktu luang. Namun, dia juga acap kali menerima pesanan dari beberapa pelanggan. Pesanan kebanyakan digunakan sebagai dekorasi rumah atau perkantoran. Sebuah lukisan yang dilengkapi bingkai tersebut biasa dihargai Rp3 juta hingga Rp6 juta.
”Saya tidak pernah pasang (menetapkan) harga. Uang itu sekadar mengganti biaya bahan dan bingkai,” ujarnya.
Lelaki murah senyum ini menggunakan beberapa jenis kuas berbahan alami saat melukis, mulai kuas rambut kelinci dan domba hingga rambut serigala. Penggunaan kuas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan detail lukisan. Untuk melukis bagian batang tumbuhan, misalnya, digunakan kuas dari rambut serigala yang bertekstur kaku.
Miang membutuhkan dua hingga tiga pekan untuk merampungkan sebuah lukisan. Waktu tersebut kebanyakan dihabiskan untuk mempersiapkan xuan che sebagai media lukisan. Kertas yang dibeli di Singapura dalam bentuk gulungan tersebut harus melalui proses perataan, perekatan, dan pengeringan selama berhari-hari.
”Kalau melukisnya sih sebentar, 2-3 jam pun selesai,” tukasnya.
Miang mulai melukis sejak berangkat remaja. Itu dimulai saat dia berguru kepada seorang Tionghoa yang merupakan pelukis tradisional Tiongkok di Jalan Merapi, Pontianak. Keahlian itu terus ditekuninya sampai saat ini.
Lukisan tradisional Tiongkok kini mulai langka karena keberadaan pelukisnya bisa dihitung dengan jari tangan. Itu pun didominasi generasi tua. Miang bertekad untuk terus melestarikan seni lukis tersebut supaya tetap dikenal dan dinikmati generasi saat ini.
Konsistensi Miang dalam melestarikan tradisi, terutama seni musik dan seni lukis Tiongkok, diapresiasi banyak kalangan. Sebuah penghargaan pun dianugerahkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun lalu. Miang dinobatkan sebagai satu di antara tokoh budaya Kalbar. (Aries Munandar)
COMMENTS