HAMPARAN cabai tumbuh subur di lahan milik Apademus Kancau, 28. Setiap dua minggu sekali petani di Desa Pakak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, itu memanen hasilnya. Sekali panen, dia bisa mengarungi 50 kilogram cabai segar dari lahan seluas seperempat hektare.
Kancau tidak menyangka usaha yang ditekuninya itu banyak membantu ekonomi keluarga. “Awalnya tidak menyangka cabai-cabai ini bisa tumbuh subur dan hasilnya bisa diandalkan sebagai mata pencarian,” kata Kancau, Sabtu (23/5).
Kancau semula menggarap lahan bersama orangtuanya. Karena panen dari usaha keluarga itu menggiurkan, Kancau lantas membuka lahan baru untuk ditanami komoditas serupa. Hasilnya pun tetap menjanjikan. Minimal Rp700 ribu bisa dia kantongi setiap bulan dari panen cabai.
Cabai mulai dikembangkan di Pakak setelah desa itu dilanda gagal panen sekitar 10 tahun lalu. Seluruh padi mati akibat serangan belalang kembara. Untuk menopang ekonomi keluarga, sebagian petani kemudian beralih ke cabai.
Mereka menyulap lahan bekas ladang di perbukitan menjadi kebun cabai. Komoditas itu dipilih karena tahan terhadap serangan belalang kembara. Teknik penanaman dan perawatannya pun relatif mudah. Cabai rawit dari varietas cakra tersebut mampu bertahan hidup di lahan kritis dan miskin unsur hara.
“Kami tidak perlu menggunakan bedengan. Cabai-cabai itu bisa tumbuh subur di lahan berbatu,” jelas Bosio, petani lainnya.
Saat ini, sebagian besar petani di Pakak menjadikan cabai komoditas andalan. Desa yang berada di Kecamatan Kayan Hilir itu kini dikenal sebagai satu di antara sentra penghasil cabai di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Setiap hari ada sekitar 2 ton cabai yang digelontorkan dari Pakak ke pasar-pasar tradisional di Sintang.
Harga cabai di tingkat petani di Pakak relatif stabil, yakni di kisaran Rp7.000 hingga Rp10 ribu per kilogram. Harga jual tersebut sempat melonjak hingga Rp60 ribu sampai Rp70 ribu per kilogram pada Februari dan Maret lalu. “Kalau kemarau harganya jadi melonjak karena pasokan kurang,” jelas Anam, pengepul cabai.
Selain harga stabil dan perawatannya mudah, budi daya cabai di Pakak berbiaya murah. Pertanian organik yang dikembangkan petani cabai sejak tiga tahun lalu sangat menguntungkan. Petani menggunakan buah labu kayu alias maja difermentasi sebagai pengganti pupuk NPK.
Untuk pestisida bisa menggunakan akar tuba, kunyit, daun sirsak, atau tumbuhan lain yang tidak disenangi hama. Bahan itu ditumbuk untuk diambil airnya dan dicampur tembakau. (Aries Munandar) lihat juga di sini
COMMENTS