PRESIDEN Joko Widodo, menyetujui usul Gubernur Kalimantan Barat Cornelis untuk menamakan jembatan terpanjang di Kalimantan yang diresmikan pada Selasa (22/3), dengan nama Jembatan Pak Kasih.
Padahal, masyarakat awam mengenal jembatan itu dengan nama Jembatan Kapuas-Tayan seperti yang terpampang di beberapa jalan menuju lokasi jembatan.
Jembatan itu memiliki peran strategis bagi masyarakat, sebab, seperti penjelasan Cornelis, jembatan itu bisa menjadi pelengkap ruas jalan yang menghubungkan seluruh kawasan di Kalimantan.
Jokowi meresmikan penggunaan nama Pak Kasih mengacu pada rekomendasi Cornelis yang menyaring nama. Hanya saja, pemberian nama itu pun menuai sejumlah kontroversi, termasuk dari Raja Tayan Gusti Yusri.
Yusri mengaku mengusulkan tiga nama resmi untuk menamai Jembatan Kapuas-Tayan ke Cornelis. Salah satunya ialah Gusti Lekar-Encik Priuk, yang diambil dari nama raja dan permaisuri pertama Kerajaan Tayan. Kedua nama itu, menurut dia, merupakan simbol dari akulturasi dan pluralisme di Tayan.
Di luar itu, lanjutnya, masih ada beberapa nama alternatif yang juga layak untuk diabadikan. Semisal Gusti Karma, raja yang membangun Kota Tayan. “Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap perjuangan Pak Kasih, sebaiknya nama jembatan mengabadikan tokoh asal Tayan,” kata Yusri.
Lalu, siapakah Pak Kasih itu? Nama Pak Kasih sebenarnya telah digunakan untuk ruas jalan di Kota Pontianak dan Mempawah. Berdasarkan beragam bacaan, Pak Kasih ialah seorang masyarakat Dayak asal Sambih yang berdasarkan peta kekinian terletak di Kecamatan Sebangki, Kabupaten Landak.
Pak Kasih ialah salah seorang tokoh setempat yang berani melawan serbuan pasukan NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie atau Netherlands-Indies Civil Administration) atau pemerintahan sipil Belanda.
Pertempuran melawan tentara NICA di Jembatan Sidas menewaskan Pak Kasih dan pasukannya. Kejadian tersebut kemudian dikenal dengan Perang Sidas.
Perang yang menewaskan Pak Kasih beserta kawan kawannya kemudian dijadikan nama jembatan yang diharapkan mampu membuka keterisolasian, khususnya bagi warga di Pulau Tayan.
Selama ini, mobilisasi orang dan barang di salah satu pusat perdagangan di Tayan Hilir tersebut mengandalkan jalur sungai. “Mobil orang Pulau Tayan biasa parkir di Terminal Tayan (Desa Kawat), sedangkan barang bawaan diangkut dengan speedboat,” kata Abdul Hadi, 65, warga Tayan.
Jembatan Kapuas-Tayan membentang sepanjang 1.650 meter di atas Sungai Kapuas. Konstruksi bangunan terdiri atas dua bentangan. Bentangan pertama menghubungkan Desa Kawat dengan Pulau Tayan sepanjang 430 meter dan yang menghubungkan Pulau Tayan dengan Desa Piasak sepanjang 1.220 meter. (Aries Munandar)
COMMENTS