![]() |
TANGAN Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menunjuk beberapa titik lokasi. Dia menjelaskan rencana lanjutan penataan kawasan Pos Lintas Batas (PLBN) Entikong kepada koleganya, Mustopha Muhammed. Menteri Industri dan Perdagangan Luar Negeri Malaysia itu pun serius menyimak penjelasan dari Enggartiasto.
"Saya terakhir kali melawat ke sini pada April 2015, dan sekarang saya melihat terjadi perubahan. Prasarana perbatasan di Entikong telah diperbaiki," aku Mustopha, sesuai meninjau PLBN Terpadu Entikong, Kamis, (13/7).
Enggartiasto dan Mustopha mengunjungi PLBN Tebedu di Serawak, dan Entikong di Kalimantan Barat sebelum menggelar pertemuan di Kuching. Kedua pejabat bersama rombongan meninjau berbagai fasilitas pelayanan penunjang aktivitas perdagangan di lintas batas Indonesia-Malaysia.
Peninjauan dimulai dari PLBN Tebedu. Enggartiasto bersama Mustopha menyusuri loket imigrasi, karantina, dan kepabeanan di PLBN milik Malaysia tersebut. Selain menjelaskan kepada Enggartiasto, Mustopha sekaligus ingin memastikan kualitas pelayananan petugas mereka. Hal serupa juga dilakukan Enggartiasto di PLBN Entikong.
Spanduk kampanye antipungli (pungutan liar) menyita perhatian rombongan Malaysia saat berada di PLBN Entikong. Mereka pun penasaran dan menanyakan artinya kepada rombongan Indonesia. “Oh, pungli artinya rasuah (korupsi),” kata anggota rombongan Malaysia setengah berbisik.
Selain memuat pesan tersebut, spanduk berisikan peringatan, pengumuman, dan sosialisasi peraturan lainnya terpampang di gedung utama PLBN Entikong. Semisal pemberitahuan mengenai pusat informasi kepabeanan yang sekarang bisa melayani dalam bahasa Inggris, dan beroperasi selama 24 jam setiap hari.
Berbenah
Kondisi PLBN Entikong saat ini seperti kata Mustopha, memang sudah berubah. Gedungnya jauh lebih mentereng daripada sebelumnya bahkan jika dibandingkan dengan Malaysia. Pelayanannya pun lebih terpadu dan ditunjang dengan perangkat modern.
“Perubahan ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan hubungan dagang kedua negara,” puji Mustopha.
Namun, masih terdapat beberapa fasilitas yang harus dilengkapi agar pelayanan menjadi lebih optimal. Satu di antaranya ialah fasilitas pemeriksaan terhadap bagasi kendaraan. Keberadaan fasilitas tersebut terutama dibutuhkan untuk memeriksa bagasi bus antarnegara.
Berdasarkan pemantauan pada Kamis, penumpang bus harus menurunkan barang di bagasi saat melintasi gerbang kedatangan. Bawaan tersebut kemudian diangkut untuk diperiksa petugas dengan perangkat pemindai barang (Walk Through Metal Detector). Banyaknya muatan di bagasi membuat pemeriksaan bisa semakin lama.
Penyiapan fasilitas dan infrastruktur di kawasan perbatasan negara ini memang belum sepenuh rampung. Pembangunannya masih akan dilanjutkan pada tahap II yang dimulai pada tahun ini hingga 2019. Pembangunan tersebut meliputi pelebaran dan peningkatan jalan akses, pasar, permukiman, fasilitas air bersih, dan pelabuhan darat.
“Kami berharap Indonesia bisa segera membangun inland port seperti di Tebedu agar hubungan dagang lebih optimal,” kata Mustopha.
Menteri Enggartiasto memastikan pemerintah tidak akan menyia-nyiakan fasilitas yang telah dibangun di Entikong. Pemerintah telah menyiapkan kawasan perbatasan negara tersebut sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Normalisasi perdagangan lintas batas pun bakal dilakukan dengan mengevaluasi dan memperbarui aturan.
“Perdagangan kita dengan Malaysia sangat limitatif, terbatas sekali. Ini yang akan diperbaiki,” katanya. (Aries Munandar)