JARI Mariana menunjuk dekorasi yang menjuntai di dinding wihara. Dia meminta dekorator menata ulang letak serenteng hiasan beragam warna tersebut. Pemasangannya terlihat janggal sehingga kurang serasi dengan hiasan serupa lainnya. Dekorator pun termangut-mangut mendengar arahan Mariana.
“Tali pengikat seharusnya dipasang seperti ini,” katanya sembari memperlihatkan dekorasi di sisi lain.
Perempuan berusia 75 tahun itu sedari tadi sibuk mondar-mandir di ruang utama wihara. Selain memantau pemasangan dekorasi, Mariana ikut menyapu lantai rumah ibadah yang berada di Jalan Sultan Muhammad, Pontianak tersebut.
Wihara Bodhisatva Karaniya Metta pada siang itu, Sabtu (10/2) tengah berkemas. Beberapa pekerja berbagi tugas membersihkan dan menghiasi ruangan. Tidak sekadar menyapu dan mengepel lantai, mereka juga mengikis sela-sela ubin untuk menyingkirkan debu yang berkerak.
“Setahun sekali. Mau Sin Cia. Jadi, kelenteng harus bersih,” ujar Mariana.
Aksi bersih-bersih untuk menyambut perayaan Imlek ini sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu. Hampir tidak ada bagian dari bangunan wihara yang luput dibersihkan. Begitu pula perangkat persembahyangan. Altar, rupang, dan bejana pun terlihat kinclong.
Membersihkan perangkat persembahyangan menjadi pekerjaan paling rumit dan memakan waktu lama sehingga harus telaten. Pekerja mesti menyeka hingga berulang kali bagian demi bagian dari belasan perangkat hingga mengkilap.
“Tidak cukup satu jam untuk membersihkan seluruh yang ada di ruangan ini,” kata Lim Heng Lie alias Alie, yang membersihkan perangkat persembahyangan.
Lelaki berusia 66 tahun ini sehari-hari menjadi penjaga Wihara Bodhisatva Karaniya Metta. Dia menyediakan bahan-bahan persembahyangan, seperti dupa, minyak merah, dan kertas doa. Alie pun harus memastikan bahan-bahan tersebut cukup untuk kebutuhan sembahyang Imlek yang bakal diikuti ribuan warga.
Warga Jalan Putri Candramidi, Pontianak ini juga harus menata dan menjaga lilin-lilin berukuran raksasa titipan warga. “Setiap lilin ada yang punya, dan hanya yang punya boleh menyalakannya.”
Bodhisatva Karaniya Metta merupakan wihara tertua di Pontianak. Wihara ini terdiri atas tiga kelenteng yang memuja dewa berbeda. Setiap kelenteng memiliki pintu masuk menuju ruang pemujaan masing-masing. Namun, kerja bakti membersihkan wiraha dilakukan bersama-sama oleh pengurus dan penjaga kelenteng.
Mereka juga melibatkan beberapa warga lain dari beragam suku dan agama untuk membersihkan dan menghiasi wihara. “Kelenteng harus dibersihkan untuk menyambut Dewa-Dewi,” ujar Alie. (Aries Munandar)
COMMENTS